Minggu, 27 Juli 2014

aku dan cerita ku

Lelaki Itu Terkadang Munafik Kenapa aku bilang kalau lelaki itu terkadang munafik? Baru-baru aja terfikirkan beberapa kalimat yang udah banyak dibicarakan dikehidupan sehari-hari. Contohnya : "Beauty is Pain" Hampir sebagian besar cewek rela mati-matian nahan rasa sakit agar bisa terlihat cantik. Udah banyak dengerkan masalah ini? Contohnya facial, facial itu sakit tapi kenapa cewek-cewek tetep suka facial? Karena para cewek pengen wajah mereka keliatan cantik dan terawat. Contoh lainnya diet, diet itu keliatannya sepele, tapi sebenernya cukup menyiksa buat para cewek. Kenapa menyiksa? Karena para cewek harus rela nggak makan makanan yang mereka suka yang dianggap bikin gendut, mereka rela nahan laper kalo emang udah masuk jam makan yang bikin gendut. Itu cukup menyiksa loh. Contoh lainnya yang juga ngga kalah sering dibicarakan, cewek yang pergi kemana-mana pakai sepatu tinggi/wedges. Wedges itu bikin kaki sakit, bisa lecet dan pegel-pegel di bagian betis. Tapi kenapa cewek tetep pakai wedges kalau pergi? Karena sebagian cewek beranggapan kalau mereka memakai wedges itu bikin mereka keliatan lebih cantik dan anggun. Proporsi tubuh juga bisa terlihat lebih tinggi dan otomatis itu bikin proporsi tubuh keliatan lebih oke. Sebenernya, apa yang dilakuin para cewek itu cuma untuk para cowok mereka. Mereka para cewek pasti mau kalau cowok mereka cuma melihat ke satu arah, cuma dia. Tapi banyak para cowok yang kadang-kadang bersikap layaknya orang munafik. Mereka sering bilang ke pacar mereka "Udah sayang kamu nggak usah diet-dietan, aku suka apa adanya kamu kok" kalau nggak "Tanpa kamu facial wajah kamu udah keliatan bagus kok" dan banyak hal-hal lain yang mereka ucapkan seakan-akan mereka suka apa adanya cewek mereka. Tapi.. Disamping kata-kata manis mereka yang sepertinya selangit itu, para cowok itu pasti pernah, barang cuma sekali, bilang "Duh, itu cewek badannya seksi banget" kalau nggak "Gila itu cewek, mulus bener kulitnya". Bayangin aja kalau cowok-cowok ngomong kaya begitu didepan ceweknya, pasti secara nggak langsung si cewek bakalan mikir, "Oh, cowok aku suka sama cewek model begituan" dan secara nggak langsung pasti si cewek akan melakukan segala cara agar bisa terlihat paling sempurna dihadapan cowoknya. Nggak semua cewek sih bakalan bersikap kaya gitu, nggak semua cowok juga bakal ngelakuin hal seperti itu. Tapi nggak ada salahnya kan para cowok itu menghargai sedikit aja usaha ceweknya yang pengen terlihat sempurna dihadapan cowoknya itu. Sakitnya cewek buat keliatan sempurna itu bakal terbayar waktu cowoknya kasih pujian ke dia kok. Ya kalaupun para cowok itu beneran suka apa adanya cewek mereka, nggak perlu juga kan muji-muji cewek lain. Apalagi kalau sampai ngomongnya itu didepan ceweknya sendiri. Sakit Boy! Tapi semua itu nggak menutup kemungkinan juga sih si cewek bakal ngelakuin hal yang sama. Yang penting tetep menghargai usaha pasangan untuk jadi yang terbaik aja, dan stop being a hypocrite! Diposkan oleh Aicha Lubis di 02.13 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Kamis, 06 Maret 2014 Mereka Tidak Mau Mendengar Saat mereka yang ada disampingmu tak lagi mau mendengarmu. Lalu, kemana kamu akan pergi menceritakan segala keluh kesahmu? Lalu kemana kamu akan bertanya tentang segala bimbang yang kamu rasakan? Mereka yang ada disampingmu tidak mau lagi mendengarkan semua yang keluar dari bibirmu. Mereka yang kamu anggap paling mengerti kamu ternyata sama sekali tidak mengertimu. Lalu bagaimana dengan orang lain yang sama sekali tidak mengertimu. Mereka pasti jauh lebih tidak mengerti kamu lagi. Aku selalu berusaha mengungkapkan apa yang ingin aku ungkapkan. Aku ingin mengatakan setiap kata yang muncul dalam otakku dan setiap rasa yang hadir didalam hatiku. Setiap orang yang ada disisiku tau bagaimana ceritaku. Tapi setiap orang yang ada disisiku itu tidak tau bagaimana perasaanku. Setiap kata yang keluar dari bibirku hanyalah sebuah kata bagi mereka. Tidak ada sebuah rasa yang tersirat dalam setiap katanya. Dan semakin lama aku mengatakan setiap kata itu, aku semakin sadar, mereka adalah pendengar yang tidak ingin mendengar. Bagaimana bisa aku terus menceritakan segala hal yang aku rasakan dan aku alami pada mereka yang tidak mau mendengar? Aku bukan orang bermuka tebal yang tetap bercerita walaupun aku tau mereka tidak ingin mendengar. Lalu siapa pendengarku? Karena tidak ada lagi pendengar untukku, diam adalah pilihan terbaik. Mereka yang ada disisiku pasti tidak akan terganggu dengan celotehan sampah yang keluar dari bibirku. Mereka yang ada disisiku tidak perlu mendengarnya lagi, karna aku tidak ingin mengungkapkannya. Memendam semuanya memang bukan suatu hal yang mudah. Tertawa saat dalam hati ingin menangis, tersenyum saat hati terasa teriris. Hanya aku yang tau bagaimana perasaanku. Karena mereka tidak ingin tau bagaimana perasaanku. Mereka hanya ada disisiku saat aku bahagia, mereka hanya bersamaku saat ak tertawa. Aku? Mulai sekarang aku akan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan kepadaku. Bukan untuk membalas dendam, tapi aku rasa memang itu yang mereka mau. Saat mereka tidak mau lagi mendengar, aku berjanji tidak akan menganggu mereka dengan ceritaku. Saat mereka memang tidak ingin mendengar, aku akan meminta maaf kepada mereka karena mereka telah terganggu dengan cerita yang aku berikan. Saat mereka tidak mau mendengar, aku hanya akan menyembunyikan setiap rasa yang aku punya sendiri. Aku akan selalu baik-baik saja dimata mereka. Selalu. Diposkan oleh Aicha Lubis di 02.03 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Jumat, 15 Maret 2013 Siapa Aku, Tak Perlu Ada yang Tau Aku. Aku hanya cewek biasa yang hidup dan bernafas di bumi. Makan makanan yang sama dengan orang lain dan menginginkan hal yang sama. Aku tidak memiliki keinginan yang muluk. Aku hanya butuh dan ingin suatu kenyamanan. Semua orang butuh dan ingin kenyamanan kan? Aku juga. Karena seperti yang aku bilang, aku menginginkan hal yang sama dengan orang lain. Aku termasuk orang yang suka bersmbunyi. Ya, aku berusaha dengan sebaik-baiknya menyembunyikan siapa aku sebenarnya. Bukan bermaksud untuk sok misterius. Aku hanya ingin memilah-milah siapa yang berhak mengetahui tentang diriku dan siapa yang tidak. Aku tidak ingin semua melihat siapa aku yang sebenarnya sehingga mereka bisa meremehkanku. Ya, aku tidak suka diremehkan. Siapapun itu, tidak ada yang suka diremehkan! Awalnya aku hanya bersembunyi dibalik sebuah nama. Aku akui, semua itu tanpa aku sengaja. Mungkin memang itu semua salahku, tapi aku punya alasan. Aku menyembunyikan nama panggilan dari orang tua ku yang awalnya tidak bermaksud untuk menyembunyikan. Bukannya aku tidak menghargai nama panggilan dari orang tuaku. Hanya saja aku menyadari aku bukan anak baik-baik yang dapat menjaga nama itu dengan sangat baik. Aku berusaha menyembunyikan semuanya agar apapun yang aku lakukkan tidak terdengar sampai ketelinga orang tuaku. Ia sudah mempunyai banyak sekali pikiran, dan berani-beraninya aku menambah beban pikirannya dengan sikapku diluar sana yang sebenarnya wajar terjadi ketika remaja. Namun itu sedikit dari alasanku. Alasan yang lain? Tak perlu tau! Kebiasaan-kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang. Ketika semua orang mulai bertanya bagaimana bisa aku dipanggil dengan nama itu sedangkan nama lengkapku ini. Aku hanya bisa tersenyum. Kali ini bukan bermaksud untuk melindungi namaku, karena sebenarnya disini pun aku sudah aman. Apapun yang aku lakukan, orang tuaku tidak akan tau. Semua karena sebuah kebiasaan dan karena sudah terlalu banyak orang yang mengenalku dengan nama itu. Lalu apa yang salah? Tidak ada yang salah sampai akhirnya beberapa orang yang merasa pintar dan sok tau memghakimiku seakan aku ini penjahat yang memalsukan identitasku. Membom bardirku dengan sejuta pertanyaan mereka yang berulang-ulang dan berusaha mengalahkan aku. Itulah yang mengusik kenyamananku. Aku hanya ingin nyaman dengan nama ini. Nama yang telah aku pakai beberapa tahun ini untuk menjaga dan tidak merusak nama indah dari orang tuaku. Aku tidak memalsukan identitasku. Karena itu hanya sebuah panggilan. Aku tetap menggunakan nama yang tercatat dalam sebuah akta kelahiran dan ijazahku selama aku duduk dibangku sekolah. Mereka yang tidak tau apa-apa tentangku, yang merasa sangat mengenalku dan berusaha menjatuhkanku, aku harap mulai menutup mulut mereka. Mereka yang merasa sangat mengenalku dan mengetahui semua hal tentangku. Tetaplah diam karena sebenarnya merekalah belum tau apa-apa tentangku. Siapapun aku, apapun yang aku lakukan, bagaimanapun aku. Tidak ada yang perlu tau. Hanya aku dan Tuhanlah yang tau semuanya! Diposkan oleh Aicha Lubis di 06.05 3 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: aichalubis Sabtu, 27 Oktober 2012 Who Says I Never Tried? Semua teman, semua sahabat dan semua orang yang selalu setia berada disekitar ku pasti tau dan menyadari bagaimana sikap dan sifat ku. Ya, aku memang bukan orang yang sangat baik. Bukan yang ramah, baik hati, berjiwa sosial dan semua teman-temannya itu. Aku bukan orang yang seperti itu. Beberapa orang teman yang juga sebagai sahabatku yang sudah mengenal ku dengan sangat baik pasti katakan aku itu orangnya cuek, judes sama orang yang nggak aku kenal dan mereka bilang aku angkuh. Dan yang paling aku sadari adalah aku termasuk orang yang anti sosial. Yap, Anti Sosial! Tapi bukan maksudku buat bersikap seperti itu. Sumpah. Aku nggak pernah berusaha buat menjadi manusia yang anti sosial seperti sekarang ini. Mungkin takdir yang buat aku menjadi manusia anti sosial. Tapi, bukan salah takdir juga sih. Keadaan yang harus bertanggung jawab atas anti sosialnya aku ini. Kenapa keadaan yang bertanggung jawab? Nggak tau juga, anggap saja begitu. Siapa bilang aku tidak pernah mencoba untuk menjadi seseorang yang peduli sosial? Aku selalu mencoba untuk menjadi seseorang yang sadar sosial. Tapi bukankah semua itu butuh proses? Bayangkan, hampir seluruh masa hidupku yang kurang lebih 18 tahun aku menjadi manusia yang anti sosial. Dan baru 1 tahun terakhir, eh hampir 2 tahun ini aku mencoba untuk untuk menjadi seseorang yang sadar sosial. Tapi sampai umur ku 19 tahun pun, aku belum berhasil menjadi seseorang yang sadar sosial. Salah ku kah kalau proses yang aku lewati terlalu panjang? Menurutku itu masih merupakan waktu yang sangat singkat. Iya lah, mana mungkin sifat orang selama 18 tahun bisa berubah dengan sangat singkat dalam waktu 2 tahun? Itu menurutku. Saat ini aku mulai terganggu dengan predikat anti sosial. Terlalu membebani hati sepertinya. Ya, apa baiknya sih menjadi seseorang yang anti sosial? Nggak ada. Orang-orang malah bakal berfikiran negatif pada diri kita yang anti sosial kan? Seseorang juga sepertinya sangat berjiwa sosial. Dan aku belum bisa sepertinya. Seseorang juga sepertinya dulu bersama dengan orang yang berjiwa sosial. Sekarang seseorang itu bersama dengan aku yang anti sosial. Merasa berbeda dengan seseorang itu, dan karenanya aku selalu berusaha untuk menjadi sama dengannya. Sedikit sama, bukan jauh berbeda. Aku nggak mau seseorang menyesal telah bersamaku karena sikapku yang anti sosial ini. Aku selalu berusaha kok. Jadi jangan pernah bilang aku nggak pernah mencoba untuk merubah semuanya. Aku selalu mencoba, walaupun semua nggak gampang. Nggak gampang! Diposkan oleh Aicha Lubis di 10.47 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: aichalubis Kamis, 20 September 2012 The Poem Aku buat puisi ini bukan karena sebuah pengalaman pribadi atau segala jenis lainnya yang bersangkutan sama diri aku sendiri. Ini pengalaman sahabatku, namanya Ren. Puisi ini khusus aku bikin buat dia. Spesial deh.. This is for you, Ren.. Tidakkah kau mendengar dentang waktu itu? Dentang waktu itu adalah tanda bagiku Ya, tanda seberapa lama aku menunggu mu Tanda seberapa lama kau meninggalkan aku Tidakkah kau melihat catatan harian ku? Ya, catatan itu yang selalu menemani ku Mendengarkan segala keluh kesahku Ketika aku tak dapat menemukan mu disisi ku Tidakkah kau merasakan sinyal-sinyal itu? Sinyal-sinyal rindu yang selalu aku kirimkan Ya, aku sangat merindukan mu Merindukan kehadiran mu disisi ku Segala penantian ku, segala rindu ku Lenyap ketika aku bersama mu Keluh kesah dan segala rasa amarah Hilang ketika aku melihat mu Andaikan Tuhan membiarkan mu tinggal Tinggal disisi ku lebih lama, bahkan selamanya Karena aku masih menginginkan mu tinggal disisi ku Andaikan belum ada dia disisi ku Aku mengharapkan mu, jika tidak ada dia By: Aicha Lubis NB: Percayalah, "Kamu" itu akan kembali jika "Kamu" memang lebih baik dari "Dia" dan "Kamu" adalah yang terbaik untukmu. :) Diposkan oleh Aicha Lubis di 22.32 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: aichalubis Sabtu, 18 Agustus 2012 Kopi Itu Mirip Sama Kamu Kalau dibilang aku ini penggila kopi, mungkin belum. Aku tidak segila itu dalam hal perkopian. Aku juga tidak memahami bagaimana sejarahnya kopi, bagaimana cara paling enak menikmati kopi dan segala macamnya tentang kopi. Yang aku tau hanyalah bagaimana enaknya ketika otak tidak lagi dapat berfikir dan secangkir kopilah yang dapat menenangkan nya dan membuat aku mulai berfikir kembali dengan baik. Dengan lebih tenang pastinya. Jadi definisi kopi menurutku itu adalah minuman yang dapat memberikan ketenangan ketika seseorang merasa gelisah, suntuk, bad mood atau hal-hal lain yang dapat menguras emosi seseorang tersebut. Sekali lagi itu menurutku. Sedangkan kamu itu. Kamu itu adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupku. Itulah kamu, yang tidak akan aku definisikan dengan lebih terperinci lagi disini. Kenapa Kopi itu mirip sama Kamu? Jawabannya pasti karena. Yap! Jawabannya karena. Karena: 1. Kopi itu selalu bisa menenangkan aku ketika aku bad mood dan segala jenis emosi yang lainnya. Mirip sama kamu yang selalu bisa menenangkan aku ketika aku bad mood, marah atau butuh dukungan dari seseorang seperti kamu. 2. Kopi itu tidak bisa dihindari, berasa nggak lengkap kalau nggak ada kopi. Mirip sama kamu yang sampai sekarang tidak pernah bisa untuk aku hindari. Dan sepertinya tidak ingin aku hindari. 3. Kopi itu memberikan efek nagih, sekali dicoba nggak bisa berhenti buat minum lagi dan minum lagi, tanpa rasa bosan. Mirip sama kamu yang kalau aku ketemu sama kamu jadi nagih buat ketemu lagi dan ketemu lagi. Tidak ada rasa bosan. Tapi tetap ada perbedaan yang ada pada Kopi dan Kamu. Perbedaannya: 1. Kopi itu memberikan efek negatif pada kesehatan ketika aku meminumnya secara berlebihan. Sedangkan kamu, tidak memberikan efek negatif seperti kopi. 2. Kalau aku diminta untuk menghindari kopi dan mengurangi jumlah konsumsi kopi, aku pasti bisa melakukannya. Tapi kalau aku diminta untuk menghindari kamu, aku tidak pernah yakin bisa melakukannya. 3. Kalau stok kopi didunia ini habis dan memaksa ku untuk berpindah haluan untuk menyukai minuman lain, aku pasti akan berusaha untuk mencobanya. Tapi jika kamu tidak ada lagi, aku tidak yakin dapat menemukan yang lain selain kamu. Sepenting-pentingnya kopi dalam hidupku, bagiku Kamu jauh lebih penting lagi dalam hidupku jika dibandingkan dengan kopi. Tapi aku akui, Kopi dan Kamu, cukup berperan untukku. Diposkan oleh Aicha Lubis di 10.58 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: aichalubis Senin, 23 Juli 2012 Sesuku?? Sedikit mengutip kalimat yang sering aku dengar pada sebuah iklan. " Kebebasan itu omong kosong, katanya urusan jodoh ada ditangan ku, asalkan sesuku ........." Bukan terjadi secara pribadi pada ku. Tapi beberapa kali terjadi pada teman dan sahabatku. Beberapa kali terjadi pada orang-orang disekitar ku dan membuat sebuah pendapat muncul dalam otak ku. Sesuku. Kata-kata itu yang sebenarnya ingin aku bahas. Kenapa masalah suku masih di permasalahkan? Beberapa temanku merasa harus putus dengan pasangannya hanya karena pasangannya berasal dari suku yang berbeda dengannya. Lalu perasaan harus mengalah, begitukah? Masih banyaklah orang yang memandang kepribadian seseorang dari asal seseorang itu dan beberapa hal lainnya. Namun hal-hal yang menyolok dan sering aku jumpai adalah orang lebih dulu menilai buruk pada seseorang yang baru dikenalnya yang berasal dari suatu suku tanpa berusaha mengenalnya lebih dekat lagi. Bukannya itu berarti berburuk sangka? Bukankah setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda walaupun berasal dari daerah atau suku yang sama? Mungkin ada beberapa sifat atau sikap yang sama, tapi hal itu juga tidak dapat dijadikan patokan bahwa semua Suku A memiliki sifat A. Itu menurutku. Buatku, darimana pun asal orang itu, mau dia berasal dari Suku A, Suku B, Suku C, aku harus mengenal orang itu terlebih dahulu sebelum membuat suatu judgement tentang sikap atau sifat yang dimiliki orang itu. Apa gunanya ada komunikasi jika komunikasi itu tidak dimanfaatkan untuk mengenal seseorang lebih dekat? Terkadang merasa aneh ketika masih ada orang yang menilai orang lain dari suku. Tapi mau bagaimana lagi? Sepertinya hal itu sudah terlalu mendarah daging pada beberapa orang termasuk orangtua dari teman-temanku. Dan aku menjadi salah satu orang yang tidak setuju dengan pandangan orang seperti itu. Bukan mau berlagak sok sosial atau sok apalah itu namanya, tapi memang itu yang aku rasakan. Don't judge the book from the cover! Mungkin itu bisa menjadi satu kata-kata yang sedikit menyinggung permasalahan yang sedang aku bicarakan. Bagaimanapun orang menilai tentang orang lain, ada baiknya ketika kita berusaha mengenal orang lain itu terlebih dahulu sebelum setuju dengan penilaian orang terhadap orang lain tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar