Senin, 05 Januari 2015

Cinta dalam Sepucuk Surat

Cinta dalam Sepucuk Surat Bismillaahirrahmaanirrahiim. Palembang, 15 Rabiul Awal 1432 H (18 Februari 2011 M) Kepada Yang Terindu Muhammad, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam Di Tempat terindah tak terlukiskan Asyhadu allaa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadarrasulullah. Allahumma shalli’alaa sayyidina Muhammad, wa’alaa ali sayyidina Muhammad. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dengan adanya penyelenggaraan Surat Cinta Untuk Rasulullah, dengan ini aku berjuang untuk merangkai huruf demi huruf, kata demi kata, dan kalimat demi kalimat, agar dapat menarik perhatian darimu ya Rasulullah yang mulia, perhatian agar surat ini mengantarkanku bertatap denganmu kelak di syurga. Ini salah satu cara, bukanlah satu-satunya. Aku ingin menunjukkan betapa akupun mencintai dan merindukanmu sebagaimana saudara-saudaraku yang lainnya. Aku ingin bercerita bagaimana awal kukenal namamu. Sedari kecil telah mengaji seperti anak-anak yang lain, walaupun putus-putus karena ustadz dan ustadzah yang datang dan hilang silih berganti (duhai diri dan para pejuang dakwah, ada tempat yang luput dari target medan juang!) serta lokasi masjid yang jauh disertai tantangan dimana harus melewati anjing-anjing yang galak (aku pernah dikejar anjing berpuluh-puluh jumlahnya, alhamdulillah Allah Melindungi dengan menyembunyikanku di dalam selokan dari tanah dan anjing-anjing itu tidak melihatku yang terpejam ketakutan…), akhirnya kuketahui siapa kekasih Allah yang begitu mulia dan disebut-sebut dalam bacaan sholat yang kuhafal. Lelaki biasa yang luar biasa, sungguh indah dirimu hai pujaan hati semua muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat. Aku malu mengaku umatmu, sedang akhlakku terkadang bertolak dengan akhlakmu. Ya, suatu saat aku mudah terpancing emosi, aku putus asa, aku jatuh cinta, aku berpikir negatif tentang qada’ dari-Nya, aku mengeluh, aku pamrih, dan sikap lain yang jauh dari contoh yang engkau tunjukkan pada kami. Maaf ya Rasul…teringat tentang dirimu yang mencegah malaikat Jibril, yang ketika itu menawarkan padamu untuk membalas perbuatan kaum yang melemparimu dengan batu dan kotoran. Ya Allah, jika dirimu adalah aku, dengan hati riang akan kuanggukkan kepala mempersilahkan Jibril membalas sakitku. Hatimu begitu lembut, dengan bijak lidahmu berayun lantas lepaskan nada “Mereka belum mengerti”. Ya Allah, aku menangis malu… Di awal menutup aurat, aku belum mengenal dalam siapa dirimu. Dahulu, tak pernah terlintas di pikiranku untuk menutup rambut dan kulit-kulitku dengan kain berwarna-warni. Tak pernah. Alhamdulillah dengan jilbab Allah mendekatkanku pada orang-orang yang lebih mengenalmu, Allah mendekatkanku pada dirimu… Hingga kisah berjudul “Detik-detik Wafatnya Rasulullah” yang tercetak dalam lembaran dakwah suatu hari mampir di genggaman tanganku. Aku terpana membacanya, paragraf demi paragraf kulewati dengan air mata yang tak sedikit. Terbayang betapa cintamu kepadaku, ah…terlalu naïf aku mengaku umatmu. Kuharap engkau mau menerimaku. Cintamu kepadaku, kepada kami, umatmu, terlihat dari saat malaikat Izroil hendak menarik ruh-mu yang agung atas kehendak-Nya yang Maha Kuasa, lirih suaramu menyebut kami… Allahu Rabbi, terbuat dari apalah hatimu duhai Muhammad rasulullah? Aku sungguh malu… Yaa Rasulullah, yang kurindu… Engkau membuatku tersipu dengan baiknya perlakuanmu pada isteri-isterimu. Alangkah sempurna dirimu sebagai seorang panutan bagi manusia. Engkaulah sebaik-baik anak berbakti, sebaik-baik suami penyabar, sebaik-baik ayah penyayang, sebaik-baik pemimpin yang bertanggung jawab lagi adil, dan semua teladan baik ada padamu. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak mencintaimu dan membuktikan cintaku dengan mengikuti sunahmu, mengikuti apa yang engkau sampaikan dari Allah. Tak banyak yang kupunya untuk merasa pantas mendapatkan syafa’at darimu nanti , meski demikian tak ada kata putus asa untuk berharap semoga diri yang hina ini diberikan kesempatan untuk mendapatkan gelar sebagai umatmu, yang selalu berusaha mencintai-Nya dengan sepenuh cinta yang kupunya dalam hati. Demikianlah curahan hati yang ingin disampaikan kepada dirimu, duhai kekasih Pemilik hatiku. Sungguh keinginan persuaan denganmu tak sepadan dengan amal-amal yang minim dikantungi oleh seorang biasa ini. Atas perhatian dan cinta yang engkau beri, wahai engkau nabi akhir zaman yang lembut hati lagi indah akhlaknya, aku haturkan terima kasih berjuta dan bermilyar-milyar jumlahnya (ini murni tanpa korupsi ya Rasul ^_^). Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Duhai dikau pemuda shalih. Aku memang tak tahu banyak tentang tapak demi tapak jalan hidupmu. Tapi sedikit tentangmu membuatku kagum. Begitu tinggi derajat cinta mu pada Tuhan kita. Dan mungkin.. Begitu sebaliknya, cinta Nya melimpah padamu duhai pemuda .. Kisah mu berpengaruh bagi iman para umat muslim yang mendengar.. Ah.. Dikau pemuda shalih.. Andai bisa kau bagi cinta mu pada Rabb dan rasulullah padaku.. Aku tak akan menolak.. Agar aku bisa merasakan Bagaimana dahsyatnya cinta kepada Rabbul Izzaty.. Tapi Dia. Sang Maha Berkuasa. Hanya mengijinkan ku mendengar kisahmu sedikit sahaja. Tak lebih dari mulut ke mulut.. Uhibbukum fillah .. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.. 1:1000 mungkin ukh tapi Allah Yang Lebih Tau "ikhwan impian" amin amin amin ya Rabb..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar